Sebuah Permintaan

1. Satu permintaan yang tak pernah Elkan berikan kepadanya. Sungguh tak pernah sanggup ia memberikannya. Permintaan yang sulit baginya.
2. Elkan sudah sangat sering berusaha mencari, tetap tak pernah didapatkannya. Permintaan itu selalu Elkan dapatkan, tiap hari, tiap jam.
3. Cuma ada satu kata yang selalu Elkan berikan setelah permintaan itu terucap, "sabar". Tidak ada kata pengantar lainnya, atau sebuah janji.
4. Seberapa lelahnya Elkan mencari yang pasti tidak pernah memberikan janji. Itu berat menurutnya, memungkiri sama dengan jatuh harga diri.
5. Hari itu ia merengek meminta Elkan medapatkannya, lagi. Berbeda, ia menjadi ganas, barang apa pun di dekatnya dilempar kearah tembok.
6. Alhasil kamarnya menjadi berantakan, kapal pecah pun kalah. Elkan bingung dengan apa yang terjadi, dan bingung harus berbuat apa.
7. Kejadian seperti ini baru kali pertama. Ia menangis sejadinya dan meminta Elkan segera mendapatkannya. Ancaman pun mulai terlontar.
8. Dari mogok makan hingga bunuh diri ia lontarkan. Elkan menenangkannya dengan satu kata "sabar". Tapi tangisannya semakin menjadi.
9. Elkan tak tahu harus berbuat apa, kehabisan ide. Kehabisan kata-kata untuk menenangkannya. Kehabisan cara membuatnya reda.
10. Elkan mendekatinya yang sedang menangis sejadinya, kemudian memeluknya, mendekap, menciumi rambutnya. Elkan menangis sendu, sedih.
11. Elkan tak tak pernah bisa mengabulkan permintaan anaknya tersebut. Dulu anaknya adalah gadis yang cantik dan periang, selalu tersenyum.
12. Hingga suatu kejadian menimpa dirinya, ia kecelakaan saat bermain bersama ibunya. Ibunya yang juga istri Elkan meninggal saat kecelakaan.
13. Dan ia sendiri mengalami kebutaan total yang membuatnya trauma. Ia tidak pernah tahu ibunya meninggal, Elkan tidak tega memberitahunya.
14. Suatu saat ia harus mengetahuinya, Elkan mengerti itu. Saat ini Elkan cuma harus menenangkannya, meredakan tangisannya.
15. Ia meronta dipelukan Elkan, menangis dan teriak-teriak keras. Elkan tetap memelukanya, tersedu dan masih mencoba menenangkannya.
16. Hampir sejam ia dipelukan Elkan, kini mulai tenang. Cuma tangis sendu yang terdengar, matanya sembab berkaca air mata.
17. Dalam tangisan kecil Elkan berkata, "maaf nak, ayah belum bisa memberikan pelangi yang kau minta." Sepi, hening cukup lama.
18. Sepi pecah cuma dengan kalimat yang ia ucapkan, "ayah aku mau ketemu ibu."
19. "Aku juga merindukannya, nak." Pelukan Elkan semakin erat.
20. Selesai.


Bandung 1 April 2015

0 komentar:

Posting Komentar