Kiamat Kecil

Ada kebiasaan yang selalu datang pada Yumi tiap bulan, itu berulang, dan sakit. Andra tidak pernah mau mengerti kalau waktunya tiba itu bisa sangat menyakitkan. Kiamat kecil ia sering bilang.

Waktu itu hujan, jalan kota macet. Ada pohon tumbang di perempatan. Andra masih belum mau berdiri dari kursi di gedung lantai 7, padahal sudah tidak ada yang harus dikerjakan. Hujan memang bikin malas keluar. Jarum pendek jam sudah menunjukan ke angka 7. Selancaran di dunia maya mungkin bisa mententramkan hatinya. Dari pagi sudah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ada sesuatu yang tidak enak dirasakannya. Andra tahu ada kejadian yang tidak terduga nantinya. Ia tak mau mengambil resiko dengan pulang cepat-cepat, diluar petirnya besar.

Dua jam berlalu, hujan pun sudah mulai reda. Andra siap bergegas pulang. Cuaca kota tanpa hujan sudah lumayan dingin tapi apa jadi nya kalau ditambah dengan guyuran air, itu melipat gandakan dingin. Saat seperti ini pikiran Andra cuma tertuju pada Yumi. Tak mempedulikan ketidakenakkan hatinya gas ditancap, mobil bergerak dengan cepat.

Setengah jam berlalu, Andra sudah sampai. Jalan sudah aman dari macet.

"Hai." Andra menyapa. "Kamu tidak lagi kiamat kecilkan? Ini habis hujan, sayang." Genit.

"Aku terlambat." Mata Yumi berkaca.

"Magsudmu?" Andra kaget. Mungkin ini 'ketidakenakhatian'nya dari pagi, hati memang susah dibohongi.

"Iya! Aku terlambat! Aku terlambat!" Senyum simpul tergambar di wajahnya.

"Kamu hamil?" Wajah Andra bersinar cerah.

"Iya, sebentar lagi kita akan menjadi orangtua." Yumi menangis haru.

"Aku mencintaimu, Mah."

"Aku mau dipanggil 'Ibu'."

Selesai
Bandung, 20 Maret 2015
*Cerita gagal dapst kuis

0 komentar:

Posting Komentar