Selamat malam Kinanti,
Maaf aku baru mengabarimu lagi. Beberapa bulan kebelakang aku memang sedang menjadi pribadi yang disibukan segalanya. Pekerjaanku dan beberapa kegiatan baru. Aku tidak menghilang.
Kinanti,
Aku telah mencicil rumah sekarang. Rumah yang sepatutnya menjadi rumah kita, dengan tangisan kinanti kecil atau si jago. Tapi sayang kau tak ada. Rumah ini sungguh sangat tak berharga tanpamu, Kinan. Sungguh menjadi sangat sepi. Tapi kau jangan merasa bersalah, aku tetap menunggumu. Akan ku sambut kau di rumah. Kau pasti kaget dengan apa yang aku lakukan. Aku melakukan apa yang kau ingin perbuat saat kau punya rumah sendiri. Bunga-bunga warna-warni di halaman tanpa pagar. Satu pohon mangga besar dengan buah yang manis, tapi sayang pohonnya masih kecil, tapi ketika kau pulang pohonnya tentu sudah besar dan berbuah. Dua kursi dan satu meja di depan rumah tempat kita minum teh saat sore. Dan kamar kita yang ketika bangun akan langsung menghadap matahari terbit. Kau pasti suka. Segeralah kembali, aku menunggumu.
Kinanti,
Sudah empat kali aku memimpikanmu dalam seminggu ini. Mengenang kita saat bersama naik sepeda. Dan aku pasti terbangun saat kau mencoba belajar dan terjatuh. Aku ingat saat itu kau tak pernah berhenti mencoba. Membangunkan sepeda lalu kembali naik, meski kedua lututmu berdarah dan telapak tanganmu lecet. Aku tak pernah melarangmu lagi saat kau sangat marah, saat itu aku mencoba menghentikanmu. Aku tak tahu kenapa kau melarangku saat itu, tapi kini aku mengerti, kau hanya ingin dapat naik sepeda tanpa bantuan. Kau memang keras kepala, Kinan. Tapi mungkin itu yang menjadikanmu perempuan yang tak bisa dihilangkan dalam pikiranku. Dan aku memang tak mau kau menghilang, aku sayang kamu.
Kinanti,
Aku juga punya berita buruk untukmu, berat badanku turun. Pekerjaanku yang membuatnya. Aku terlalu dipusingkan dengan berbagai macam persoalan. Terlalu banyak berita yang ingin aku sampaikan pada koran, tapi otakku tak mampu menuliskannya semua. Aku terlalu lelah untuk itu. Persoalan yang tak penting, tentang anak yang diadili gara-gara sandal, pembantu yang dituduh mencuri piring majikannya yang padahal piring itu pemberiannya, atau tentang polisi yang mabuk lalu menembakan pistolnya kearah temannya sendiri hingga tewas, dan banyak lagi kejadian yang sungguh tidak penting. Aku ingin kau di sini, Kinan. Memelukku seperti dulu, saat aku menangis menceritakan seorang nenek yang mati akibat kelaparan, kaupun ikut menangiskan, malah kau yang tak hentinya mengucurkan airmata. Betapa lembutnya hatimu, sayang.
Sudah malam Kinan, maafkan aku cuma bisa mengabarimu tentang ini. Jangan marah Kinanti, nanti akau ku lanjutkan cerita-ceritaku. Selamat malam, tidurlah yang nyenyak. Aku mencintaimu.
20022012-20.30
0 komentar:
Posting Komentar