Aku Suka Boneka

Boneka itu sebuah mainan anak. Tapi sekarang orang dewasa pun banyak yang suka, jadi bukan lagi mainan anak lagi. Sebuah benda yang dengan berbagai macam ukuran, bentuk, warna, dan bahannya pun beragam. Aku termasuk salah satu penggemarnya. Tapi tak sepanatik perempuan. Namaku Tunggal, bukan anak pertama dan bukan anak satu-satunya. Itulah kesalahan fatal kedua orangtuaku, memberi nama Tunggal, sementara aku bukan anak satu-satunya. Aku penyuka boneka, pengagum mungkin tepatnya, dan aku laki-laki.

Aku tak pernah tahu dari mana aku sampai menyukai boneka. Padahal ayahku militer, ibuku hanya iburumahtangga biasa, kakakku perempuan, adik juga. Dari mana aku suka, mungkin dari tuhan. Apa karena adik dan kakakku yang perempuan. Tapi setahuku mereka tidak ada yang menyukai boneka. Ibu malah suka bola, penggemar Manchester Untited. Loh, masa Ayah, di mana ada militer perang bawa-bawa boneka. Senjata itu bukan  mainnan yang seenaknya bisa ditembak kapan saja, kemana saja, siapa saja. Senjatakan untuk melindungi, bukan membunuh. Jadi jelasnya ayah itu mainin senjata bukan boneka.

Tapi jang heran, aku tak punya satu pun boneka meski aku ingin sekali mempunyainya. Bukan karena faktor ekonomi aku tak punya. Ayahku militer, tentara dengan pangkat yang aku sendiri tak tahu namanya, yang jelas tinggi. Ibuku termasuk orang yang baik terhadap anaknnya, tak pernah terasa kurang bekalku tiap hari berangkat kuliah. Rokok, makan, ongkos, setiap hari cukup kadang suka lebih buat beli buku, tapi tak pernah sedikit pun berfikir untuk beli boneka. Aku pun tak malu ketika aku bercerita kepada pacarku bahwa aku suka boneka. Dia cuma ketawa tahu soal itu, selanjutnya biasa lagi, dengan senyum-senyum kalau lihat boneka pas lagi jalan bareng.

Boneka itu benda mati yang aneh menurutku, benda yang dapat bikin imajinasi kita keluar. Kayak dalang, dia kan mainin boneka. Dengan berbagai macam bentuk dia mainkan wayang kulitnya itu dan bisa menghasilkan cerita yang wah... luarbiasa aku tidak pernah mengerti. Aku kurang faham bahasa Jawa, meski aku keturunan Jawa tulen. Apalagi wayang golek Sunda, bahasa kitakan berbeda. Yang aku sedikit ngerti itu wayang Golek betawi, bahasanya betawi hampir sama kayak bahasa Indonesia. Ternyata boneka itu bukan hanya teddybear atau tokoh kartun yah. Wayang yang tradisional pun termasuk boneka. Aku suka wayang.

Tak banyak yang tahu tentang keanehanku ini. Ibu, ade, kakak, Ayah, hanya beberapa teman dekat dan pacarku saja yang mengetahuinya. Bahkan salah satu teman dekatku merasa sangat prihatin sekaligus takut, jikalau aku ini seorang berkejiwaan ganda. Pacarku itu hanya kamuflaseku saja, katanya sambil tertawa menatap mukaku yang paranoid jikalau aku memang benar seperti itu. Tapi menurutnya itu kewajaran saja. karena setiap menusia memiliki kecenderungan menyukai sesuatu hal yang tidak biasa, ada jugakan manusia yang gemar makan bata, atau orang yang suka ngobrol dengan tihanglistrik, bahkan itu lebih aneh katanya. Tapi menurutnya keanehanku bukan dari sekedar suka boneka saja. Aku pun aneh menurutnya, karena aku tidak jadi tentara dan malah masuk kuliah jurusan sastra. Sedangkan Ayahku adalah tentara dengan pangkat tinggi. Memang kebanyakan tentara itu turun menurun, dan bukan rahasia publik lagi bahwa setiap anggota mendapat 'jatah' untuk memasukan anak atau keluarganya. Untuk ini aku bisa menjawabnya, aku suka boneka tapi aku tak mau menjadi boneka.


Untuk segala alasan yang diberikan tuhan karena aku menyukai boneka, aku takkan pernah tidak menerimanya. Tapi untuk segala takdir yang aku terima, itu adalah kehendakku.

09 Januari 2011
*Gara ulangtanggalbulan temen, terus dia pengen 'Boneka super gede dan super empuk', kadonya ini aja yah. Untuk Astri.

0 komentar:

Posting Komentar