Kinanti


KINANTI
Cerita dariku untukmu
Karya : Agung Teguh Satria Pratomo


PEMAIN

Pria      : Bernama Pramudya, berumur sekitar 27 tahun.
Bapak  : Bernama Anto, berumur sekitar 45 tahun
Kakek   : Bernama Syam, berumur sekitar 68 tahun
Anak    : Bernama Budi, berumur sekitar 12 tahun
Wanita  : Bernama Ardisya, berumur sekitar 25 tahun

SINOPSIS

Pada suatu hari seorang pria sedang menunggu kekasihnya yang sudah lama tidak bertemu. Pada saat menunggu di tempat yang dijanjikan, dia bertemu dengan bebereapa orang. Dia mengalami pengalaman dan pembelajaran dari setiap cerita orang lain. Dia bertemu seorang kakek dan pembantunya yang hendak mencari angin di taman tersebut. Lalu setelah kakek dan pembantunya pergi dia bertemu dengan anak yang putus sekolah karena keadaanya keluarganya dan terpaksa menjadi pengamen perempatan. Dan ketiga dia bertemu dengan pelacur muda yang hendak pergi melacur, padahal wanita tersebut tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut, tetapi keadaan yang memaksa dirinya menjadi seperti itu. Selengkapnya silakan baca naskah kinanti. Mohon maaf apabila banya sesuatu yang tidak berkeknan. Salam hangat. Agung


ADEGAN 1

Lampu senja menjelang malam, seorang pria duduk pada sebuah bangku di pinggir jalan depan taman. Dengan membawa bunga, sebungkus roti, dan sekeranjang buah-buahan dia duduk menunggu sesorang.

Tak lama datang 2 orang, 1 orang kakek dengan kursi roda. 1 lagi pria paruh baya, pembantu yang dipercaya oleh keluarga kakek tadi. Mereka sedang jalan-jalan ke taman tersebut karena kakek tadi ingin mencari udara segara.

Pria paruh baya duduk mendekati pria tadi, si kakek ditinggal di pinggir bangku untuk menikmati udara

Bapak        : Boleh saya ikut duduk dekat anda?

Pria                 : Silakan Pak, disini gratis. (diam sejenak)
                          Kakek itu kenapa, pak?

Bapak             : Beliau sakit, dia struk.

Pria                 : Sudah lama?

Bapak             : Sudah hampir 2 tahun.

Pria                 : Sudah periksa ke dokter

Bapak             : Hampir tiap minggu kita pergi ke rumah sakit. Tapi jawabannya sama, beliau  sudah tidak bisa sembuh.

Kakek itu menoleh kepada pria itu

Pria                 : Selamat sore Kek. (sambil tersenyum)

kakek membalas senyumannya.

Pria                 : Berapa umur kakek itu?

Bapak             : 3 bulan lagi beliau genap berumur 68 tahun. Boleh saya merokok?

Pria                 : Silakan pak.

Pria baya tersebut mengeluarkan rokok dan korek dari saku celananya.

Bapak             : Saya orang kepercayaan beliau, sudah hampir 20 tahun saya besama beliau. Dia orang baik Cuma nasibnya yang tidak baik

Pria                 : Magsudnya?

Bapak             : Beliau kini sendiri, hanya saya yang menemani

Pria                 : Istrinya?

Bapak               : Saat beliau seumuran saya istrinya meninggal akibat kecelakaan, saat dia akan berkunjung ke rumah saudaranya. Kakek itu tidak ikut mengantar karena beliau sibuk bekerja. Akhirnya sang istri menggunakan travel, yang akhirnya travel itu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan seluruh penumpangnnya mati.
(menghisap rokok)
Dan sekarang beliau sangat menyesal akibat tidak mengantarkan istrinya pergi, dia mengalami trauma yang mengakibatkan beliau seperti ini sekarang.

Pria                 : Anak-anak kakek?

Bapak             : (tersenyum sinis) Anaknya? Kalau bertemu ingin saya menghajarnya.

Pria                 : Hah?

Bapak             : Mas Pandu anak satu-satunya, dia kini sudah tidak lagi bersama kami. Dia hanya mengirim kami uang sebulan sekali. Terakhir dia menjenguk ayahnya sekitar 2 tahun yang lalu. Dia kini tinggal bersama istrinya di luar kota. Dia sudah lupa.

Pria                 : Dia masih mengirim uang kepada kakek. Mungkin dia tidak lupa, dia hanya sibuk.

Bapak             : Pak Syam sempat sakit parah hingga dia harus dirawat di rumah sakit dan saya menghubungi Mas Pandu saat itu. Saya memberi tahukan kabar bahwa ayahnya sedang sakit parah. Mas Pandu hanya berkata, catatat saja semua pengeluarnya nanti saya kirim bapak uang. Sesibuk-sibuknya, anak yang mendengar kabar ayahnya sakit parah pasti akan menjenguk.

Pria                 : Maaf pak bukan magsud saya.

Bapak             : Tidak apa-apa, saya kesal kalau membicarakannya.
                          Merokok? (menawarkan rokok)

Pria                 : Tidak, terima kasih pak saya tidak merokok.

Bapak             : Oh, maaf saya tidak tahu.

Pria                 : Keluarga bapak sendiri? Istri dan anak bapak?

Bapak             : Mereka di kampung bersama mertua saya.

Pria                 : Bapak sering menjenguknya?

Bapak             : Waktu pak syam masih tidak separah sekarang saya sering mengajaknya ke kampung saya. beliau senang bertemu keluarga saya. tapi sekarang beliau sudah tidak kuat untuk bepergian jauh. Terpaksa surat yang menjadi komunikasi saya bersama keluarga, saya tidak sanggup meninggalkan pak syam sendiri. Pak syam sudah seperti ayah saya sendiri.

Kakek menengok ke arah 2 orang tersebut dan 2 orang tersebut tersenyum kepadanya.

Bapak             : Beliau kini sendirian disini, hanya saya yang menemeninya sekarang. Setelah perusahaannya bangkrut, keluarganya meninggalkanya.

Pria                 : Perusahaan?

Bapak             : Yah, beliau dahulu adalah pengusaha. Dia memiliki perusahaan dibidang tekstil. Perusahaanya dimana-mana, ada sekitar 14 cabang di kota ini. tapi setelah sahabat beliau menipunya, kini beliau menjadi bangkrut dan menjual semua perusahaannya tanpa menyisakan sedikit pun uang untuknya.

Pria                 : Kenapa bisa seperti itu?

Bapak             : Tadi saya sudah mengatakan beliau terlalu baik. Saat itu beliau sedang mengalami puncak-puncaknya kejayaan dalam berbisnis, sebelum sahabatnya mengajak beliau untuk bekerjasama. Beliau tidak menaruh curiga terhadap sahabatnya, tetapi karena ketidakcurigaan itu beliau harus kehilangan seluruh perusahaan yang juga merusak hidupnya.
(mematikan rokoknya)
Sudahlah terlalu panjang untuk diceritakan.

Pria                 : Sudah mencoba melapor ke yang berwenang?

Bapak             : Sudah 2 tempat yang kami datangi, dan keduanya sama meminta imbalan yang besar apabila mereka berhasil mendapatkan kembali perusahaan-perusahaannya. Karena mereka tau betapa besarnya uang yang akan didapat dengan kembalinya perusahaan ke tengan pak Syam.

Pria                 : Sungguh tragis nasib kakek itu.

Bapak             : Yahh, inilah hidup tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya kita akan seperti apa. Etnah kita akan bahagia atau berduka.

Pria                 : Yahh

Bapak             : Semua sudah ada yang mengatur, ini sudah takdir dari tuhan kita tidak bisa menghalanginya

Pria                 : Tapi apakah kita harus berserah pada takdir?

Bapak             : Mungkin. Yang saya rasakan dari dahulu hanya menjadi teman bagi pak syam, dan itu yang membuat bahagia. Menemani orang yang sangat menyayangi saya seperti layaknya anak sendiri.

Pria                 : Menemani orang yang sangat menyayangi.

Mereka terdiam sejenak

Bapak             : Oh ya, saya Anto. Sudah lama berbincang tapi tidak mengenal nama.
                        (menjulurkan tangan)

Pria                 : Saya Pramudya, panggil saja Pramu.

Bapak             : Sedang menikmati udara segar juga?

Pria                 : Sebetulnya saya sedang menunggu seseorang.

Bapak             : Siapa? Teman? Kekasih?

Pria                 : Bisa disebut kekasih pak.

Bapak             : Umuran sepertimu memang sedang dalam puncaknya kasmaran

Pria                 : Iya

Bapak             : Siapa wanita yang beruntung mendapatkan pria yang baik ini?

Pria                 : (tersenyum) Kinanti namanya.

Bapak             : Nama yang indah, pasti seindah wajahnya pula.

Pria                 : Di bangku ini dulu kami bertemu.

Bapak             : Oh yah?

Pria                : Yah dulu kami bertemu secara tidak sengaja. Dia gemar membaca, ini tempat favoritnya membaca.

Bapak             : (menoleh ke arah kakek dan mengeluarkan rokok) Sepertinya pak Syam menikmati udaranya sehingga tertidur. sekarang Kinanti?

Pria                 : Kami sudah tidak bertemu lagi selama 2 tahun ini.

Bapak             : Kenapa?

Pria                : Dia harus pergi ke kampung halamannya, ibunya sakit, tapi sampai hari ini dia belum kembali.

Bapak             : Terus?

Pria                 : Kami hanya berkomunikasi lewat surat, dan hari ini kita berjanji akan bertemu.

Kakek             : Anto.

Bapak             : Iya pak. Sepertinya pak syam sudah bangun.

Kakek             : Kita pulang.

Bapak             : Iya pak. Pak syam sudah menikmatinya. Saya harus kembali pulang, maaf saya tinggal.

Pria                 : Iya pak silakan, hati-hati dijalan.

Kakek             : Kamu anak baik.

Bapak             : Kamu anak baik kata kakek, semoga Kinantimu cepat datang.

Pria                 : Terima kasih pak. Semoga kakek dan bapak diberi kesehatan.

Bapak             : Terima kasih kembali. Kami pulang. Selamat sore.

Pria                 : Sore.

Kakek dan pemuda paruh baya meninggalkan panggung.

Pria                 : Mereka berdua orang baik, tapi sayang nasib tidak memihak kepadanya. Semoga tuhan memberikan jalan yang terbaik untuk mereka berdua.



ADEGAN 2

Masuk seorang anak laki-laki yang sedang kebingungan, berjalan melawati pria yang sedang duduk di bangku.

Pria                 : Hey mari kesini.

Pria tersebut melambaikan tangan mengajak anak tersebut untuk duduk bersamanya, dan anak tersebut menghampiri pria tadi.

Anak               : Iya kak, ada apa?

Pria                 : Kamu kenapa? Terlihat seperti sedang ke bingungan.

Anak               : Tidak kak, tidak ada apa-apa.

Pria                 : Ayo ceritakan saja, mungkin kakak bisa membantu.

Anak               : Tidak apa-apa kak.

Pria                 : kamu lapar?

Anak               : Sedikit kak.

Pria                 : (memberikan roti yang di bawanya) Kakak membawa roti, ayo makan saja. Mungkin bisa sedikit membantu

Anak               : Terima kasih kak.

Pria                 : Namamu siapa?

Anak               : Budi kak.

Pria                 : Masih sekolah?

Anak               : 1 tahun lalu saya sudah berhanti kak, orang tua tidak sanggup membiayai.

Pria                 : Kelas berapa kamu terakhir sekolah?

Anak               : 2 SMP kak.

Pria                 : Ayo makan saja rotinya, tidak usah malu-malu.

Anak               : Iya kak, terima kasih.

Pria                 : Sedang apa kamu berjalan sendirian disini?

Anak               : Mencari uang kak untuk bantu-bantu orang tua di rumah.

Pria                 : Orang tua mu bekerja?

Anak              : Iya, ayah bekerja asongan di stasiun, ibu hanya mencuci, itu pun kalo ada yang mau untuk dicucikan.

Pria                 : Kamu haus?

Anak               : Iya kak.

Pria                 : Minum saja ini.

Anak               : Terima kasih kak.

Pria                 : Kamu tinggal dimana?

Anak               : Aku tinggal di ujung jalan sana kak (sambil menunjuk), dekat kebun, seberang sungai. Kami mengontrak sebuah rumah kecil yang padat penduduk.

Pria                 : Kamu tinggal bersama orang tua mu?

Anak               : Ya, bersama adikku juga

Pria                 : Kamu punya adik?

Anak               : Adikku sekarang sedang sakit kak, orang tua ku bingung membawanya kerumah sakit.

Pria                 : Adik mu sakit apa?

Anak               : Aku tidak tahu pasti kak, yang jelas orang tua ku pernah bilang, dia sakit liver.

Pria                 : Sudah berapa lama adikmu sakit?

Anak               : Sekitar 2 tahun yang lalu.

Pria                 : Adikmu masih sekolah?

Anak               : Dia tidak pernah merasakan sekolah kak.

Pria                 : Brapa umur adikmu?

Anak               : 7 tahun kak.

Pria                 : Tadi katanya kamu sedang mencari kerja, sudah dapat?

Anak              : Belum kak, mana ada yang mau menerima hanya lulusan SD. Aku ngamen di perempatan jalan sana kak.

Pria                 : Ngamen?

Anak               : Iya, 12 jam sehari. Berangkat jam 6 pagi pulang jam 6 magrib.

Pria                 : Berapa hasil yang biasa kamu dapat?

Anak               : Tidak lebih dari 30rb, paling besar hanya mendapat 35 ribu.

Pria                 : Kamu memberikan semua kepada orang tuamu?

Anak               : Tidak kak, paling kau memberikan 20rb. Soalnya hasil tadi aku harus berbagi dengan makan sekali dan palak dari preman setempat.

Pria                 : Preman?

Anak               : Bang Jiun. Dia yang megang perempatan itu, mau ga mau aku harus berbagi dengannya.

Pria                 : Biasanya kamu di tagih berapa sehari?

Anak               : Kadang 5ribu paling gede 10rb.

Pria                 : Sekarang kamu mau sekolah lagi?

Anak               : Tidak kak, sekarang aku hanya mau adikku sembuh lagi seperti dulu.

Pria                 : Kamu sangat saya kepada adik mu?

Anak               : Sangat sayang, kak.
                        (diam sejenak)
                        Boleh tahu jam berapa sekarang kak?

Pria                 : Hampir jam 8, kenapa?

Anak               : Aku harus pamit kak. Terima kasih atas roti dan airnya kak.

Pria                 : Ohh iya, ini ambil saja buah-buahan untuk adikmu di rumah, sampaikan juga salamku untuk orang tuamu. Semoga adikmu cepat sembuh.

Anak               : Iya, terima kasih kak.

Pria                 : Adikmu laki-laki atau perempuan?

Anak               : Perempuan

Pria                 : Siapa namanya?

Anak               : Kinanti

Pria                 : Hah Kinanti?

Anak               : Iya, terima kasih kak.

Pria tersebut hanya diam terpaku.

Anak               : (berteriak senang) Kinanti, kakak membawa buah-buahan untukmu.



ADEGAN 3

Tak lama berselang masuk wanita muda yang lumayan cukup cantik dari arah keluarnya anak tadi. Wanita itu berpakaian mini, menggunakan rok mini dan baju ketat yang di tutupi blazer. Dengan dandanan yang sedikit menor wanita itu menghampiri pria yang sedang duduk di kursi tersebut.

Wanita            : Om mau dong om semalem sama om.

Pria                 : Maaf saya orang baik-baik.

Wanita            : Pejabat juga ngakunya orang baik-baik tapi banyak ko yang tidur sama aku. Ayo dong om, semalem aja, dikasih murah deh om.

Pria                 : Tidak terima kasih.

Wanita            : Buat orang lain saya kasih 500 om, buat om 200 deh, habisnya om ganteng.

Pria                 : Terima kasih atas pujiannya, tapi saya tidak menginginkannya, selain dengan istri saya.

Wanita itu duduk disamping pria tersebut.

Wanita            : Om sudah beristri?

Pria                 : Belum.

Wanita            : Lantas.

Pria                 : Saya sedang mununggu kekasih saya.

Wanita            : Ooo om sudah memiliki kekasih.

Pria                 : Sudah sekitar 5 tahun.

Wanita            : 5 tahun om?

Pria                 : Yah, 5 tahun.

Wanita            : Pasti dia senang mempunyai kekasih seperti om.

0 komentar:

Posting Komentar