Kinanti, sudah berapa suratku yang tak sampai padamu? Semoga mereka tak pernah sampai, karena aku tak menginginkannya.
Kinanti, pernah tidak kau mendengar suara desir ombak di pantai? Aku tak pernah tahu itu, karena dulu kita tidak pernah bermain air asin laut atau merasakan panas pasir juga semilir angin sejuk pantai. Yang aku tahu kau tidak menyukainya. Kau lebih suka berdiam di tempat penuh pohon dan juga bunga. Itu tempat favoritmu. sejuka dan harum katamu. Kemarin lusa aku pergi ke tempat yang kau tak suka, bermain pasir dan mengejar ombak.Sekarang aku tahu kenapa kau tidak menyukainya, mungkin kau telah pergi ke tempat itu dan merasakan suasananya. Memang sejuknya angin pesisir tidak semerbak hembusan oksigen dari pepohonan dan tak tercium sedikitpun wangi indah bunga seperti di taman kita, hanya bau terik matahari yang menyebar di setiap langkah kaki. Aku sendiri tak mengeri kenapa banyak orang yang senang memanjakan dengan air dari pesisir atau dengan gelombang ombak yang pecahkan karang. Mungkin kau sendiri tahu kenapa mereka seperti itu? Atau ini memang hanya rahasia mereka? Kau wanita penyuka bunga sejati yang aku cintai.
Kinanti, aku sekarang sedang bingung, aku hampir lupa bagaimana cara menulis berita, aku menjadi gelisah tentang semua tulisan-tulisanku, entah karakter yang seperti apa yang aku mau. Mungkin kalau kau ada disini kau akan memarahiku. Ku ingat dulu saat aku menulis tak karuan kau anggap itu adalah tulisan yang paling bagus yang aku tulis. Padahal saat itu aku hanya menulis setiap kata yang telintas dalam otakku, untuk menjadi sebuah kalimatpun itu tidak dianggap benar oleh guru bahasa Indonesia. Tapi kau menyukainya, dengan alasan itu adalah tulisan yang berasal dari hati nuraniku sendiri, tak ada godaan atau paksaan untuk buatku menulis. Aku sendiri tidak mengerti jalan pikiranmu yang selalu menyerukan kebebasan, padahal kau sendiri tak bebas dengan segala kegiatanmu yang kadang membuat dirimu menjadi sakit karena meupakan makan. Hanya senyummu yang aku tahu, itu yang memberikan arti kebebasan dalam setiap hela nafasmu, atau pada setiap jengkal langkah kakimu dalam berkarya. tak akan pernah ku lupa pesanmu saat aku terjatuh karena semua tulisanku, "menjadi baik itu bukan dengan tulisan yang disukai banyak kalangan, tapi bagaimana kau menulis itu semu dengan jujur tanpa sedikitpun ada paksaan dari orang lain". Itu yang selalu membuatku merindu akan tulisanku.
Kinanti, Jangan kau selalu bersembunyi sayang, cobalah kau tatap aku dengan dekat, sama seperti saat kau mencium keningku dahulu. Jangan kau tutupi wajahmu itu, pancarkanlah cahaya cinta dari sisi gelapku untuk terangi jalan kita berdua. Datanglah, akan kusiapkan mantel untuk melawan cuaca dingin saat malam di taman.
0 komentar:
Posting Komentar