Minggu kelabu untuk Pandu

Minggu pagi yang cerah dengan suara burung dan awan yang ramah untuk di nikmati. Pandu remaja yang sedang ingin melakuan hari liburnya dengan beristirahat dan menikmati dingin embun pagi tidak terlaksana sebagai mana impiannya 6 hari setelah menjalani serangkaian kegiatan sekolahnya. Dia harus membantu orang tuanya yang sedang mengangkut air bersih untuk keperluan sehari-hari mereka karena saluran air bersih dikompleknya sedang tidak berjalan dengan baik. Komplek perumahan Pandu lumayan cukup besar dan sebagian warganya beragam dari mulai rumah sederhana hingga rumah dengan tingkat tiga, dan semua tidak mendapatkan pasokan air dari perusahaan air negara.

Sekitar 25 meter Pandu harus mengangkat satu ember penuh dengan beberapa kali balikan. Air yang di dapatnya adalah air dari sumur milik seorang warga yang meridokan airnya dimintai tetangganya. Ada 5 warga yang mengantri untuk mendapatkan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, minimal untuk hari itu saja. Jam 11 Pandu beres memenuhi tugasnya untuk mengisi bak penapungan air dirumahnya, dan dia bergegas untuk istirahat, makan, dan akhirnya terlelap tidur.

Cuaca yang semula panas berubah 180 derajat saat mendekati sore dan hujan terjadi saat itu juga. Pandu yang sedang pulas-pulasnya tertidur, harus di bangunkan orangtuanya untuk segera membereskan rumahnya. Kursi, meja, dan perabotan segera di ungsikan. Pandu yang masih dalam kebingungan segera tersadar saat anak-anak kecil yang bermain diluar berteriak gembira dan tertawa "banjir, banjir, banjirrr, hore horee banjirrrrrr!".



Selalu belajar dan belajar menulis.
Maaf apabila kurang berkenan bapak dan ibu negara. Coretan untuk tempat tinggal tercinta Rancaekek Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar