banyak sesuatu yang ada di benak saya ketika sekarang. tentang rasa kerinduan terhadap kasih sayang, pemusatan semester akhir, carut marut media televisi, tak terkendali lalulintas, udara yang hitam dan terasa pengap, kasus heboh PSSI, dan yang terbaru tentang perombakan kabinet indonesia bersatu jilid II. mungkin hal itu ada dari sebagian pembaca sekarang ada juga yang mengatakan "ngapain mikirin hal yang kurang penting, mending mikirin semester akhir atau kasih sayang". mungkin saya bukan orang nasionalis dan saya juga tidak mau di sebut komunis. tapi yang ada dalam otak sekarang adalah memilih untuk menjadi kiri-komunis atau kanan-kapitalis. sebagian dari kalian mungkin berkata konyol tehadap tulisan ini. tapi saya sebagai orang yang merasa lahir dan besar pada suatu daratan berpulau merasa negara yang kecil dengan potensi besar ini adalah wilayah yang termasuk surga dunia, seperti apa kata koes plus
lirik yang menceritakan tidak perlu banyak embel-embel sesuatu untuk hidup di negri ini, cukup dengan kail dan jala kita sudah bisa dapat ikan ataupun udang, atau dengan hanya menancapkan tongkat pohon atau melempar biji buah dengan kehendak maha kuasa pohon itu akan bisa tumbuh segar di negara ini.
tapi jaman berkata lain, ideologi tentang humanisme, sosialisme, naturalisme sudah hilang. sekarang digantikan, sakuisme, dompetisme, rekeningisme. semua berlomba-lomba untuk mencari uang. memang tidak dipungkiri uang adalah alat kebutuhan untuk penyambung hidup. tetapi apakah kailan sadari kehidupan tidak selamanya bergulir di dunia, orang yang mengakui adanya renkarnasi pun mengakui bahwa kehidupan yang kedua akan berbeda dengan kehidupan yang pertama. entah datang dari mana pemikiran semacam itu. setiap orang bahkan ada yang rela untuk menjilat kaki sendiri untuk memenuhi segala keinginan yang di dapat dalam hidup. banyak yang merelakan sahabat, teman, bahkan keluarga hanya untuk meraih sakuisme, dompetisme, rekeningisme tersebut. atau mungkin ini kehendak tuhan, tuhan yang merencanakan semua ini. merencanakan terjadinya dilema seperti ini. dilema menentukan menjadi humanisme, sosialisme, naturalisme yang hidup di bawa rata-rata layak atau menjadi sakuisme, dompetisme, rekeningisme yang hidup penuh dengan kemewahan atau kesenangan yang tidak lebih selalu melihat kebelakang takut akan jatuh atau terkejar orang lain.
saya memang tidak memunafikan diri untuk memerlukan uang untuk biaya hidup, memerlukan uang untuk menonton konser band, untuk membayar karcis kereta untuk pergi ke kampus, atau untuk membeli buku puisi sebagai bahan inspirasi. saya memang juga memerlukan itu. tapi yang dipikirkan, setiap manusia mendapatkan uang tersebut dengan melupakan rasa humanisme, sosialisme, naturalisme. apakah tidak akan mengahasilkan dengan cara melupakannya, atau hasil yang di dapat sangat jauh dari rata-rata kalian menginginkanyan. atau mereka telah buta karena kekuatan sihir rupiah. mungkin juga benar apa kata Forgotten-tuhan telah mati, tuhan sudah di gantikan ribuan rupiah atau seonggok kekuasaan tahta, tuhan telah dilupakan hingga akhirnya menganggur tidak bekerja karena tidak dimintai doa keselamatan, kesejahteraan dan hanya doa kekayaan yang terlampir kepada tuhan.
apapun yang kalian pikirkan tentang catatan ini, semoga bisa menjadikan revolusi pemikiran, menjadi sebuah renungan, dan menjadi sebuah diskusi yang hangat tentang kehidupan. ^^v
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
lirik yang menceritakan tidak perlu banyak embel-embel sesuatu untuk hidup di negri ini, cukup dengan kail dan jala kita sudah bisa dapat ikan ataupun udang, atau dengan hanya menancapkan tongkat pohon atau melempar biji buah dengan kehendak maha kuasa pohon itu akan bisa tumbuh segar di negara ini.
tapi jaman berkata lain, ideologi tentang humanisme, sosialisme, naturalisme sudah hilang. sekarang digantikan, sakuisme, dompetisme, rekeningisme. semua berlomba-lomba untuk mencari uang. memang tidak dipungkiri uang adalah alat kebutuhan untuk penyambung hidup. tetapi apakah kailan sadari kehidupan tidak selamanya bergulir di dunia, orang yang mengakui adanya renkarnasi pun mengakui bahwa kehidupan yang kedua akan berbeda dengan kehidupan yang pertama. entah datang dari mana pemikiran semacam itu. setiap orang bahkan ada yang rela untuk menjilat kaki sendiri untuk memenuhi segala keinginan yang di dapat dalam hidup. banyak yang merelakan sahabat, teman, bahkan keluarga hanya untuk meraih sakuisme, dompetisme, rekeningisme tersebut. atau mungkin ini kehendak tuhan, tuhan yang merencanakan semua ini. merencanakan terjadinya dilema seperti ini. dilema menentukan menjadi humanisme, sosialisme, naturalisme yang hidup di bawa rata-rata layak atau menjadi sakuisme, dompetisme, rekeningisme yang hidup penuh dengan kemewahan atau kesenangan yang tidak lebih selalu melihat kebelakang takut akan jatuh atau terkejar orang lain.
saya memang tidak memunafikan diri untuk memerlukan uang untuk biaya hidup, memerlukan uang untuk menonton konser band, untuk membayar karcis kereta untuk pergi ke kampus, atau untuk membeli buku puisi sebagai bahan inspirasi. saya memang juga memerlukan itu. tapi yang dipikirkan, setiap manusia mendapatkan uang tersebut dengan melupakan rasa humanisme, sosialisme, naturalisme. apakah tidak akan mengahasilkan dengan cara melupakannya, atau hasil yang di dapat sangat jauh dari rata-rata kalian menginginkanyan. atau mereka telah buta karena kekuatan sihir rupiah. mungkin juga benar apa kata Forgotten-tuhan telah mati, tuhan sudah di gantikan ribuan rupiah atau seonggok kekuasaan tahta, tuhan telah dilupakan hingga akhirnya menganggur tidak bekerja karena tidak dimintai doa keselamatan, kesejahteraan dan hanya doa kekayaan yang terlampir kepada tuhan.
apapun yang kalian pikirkan tentang catatan ini, semoga bisa menjadikan revolusi pemikiran, menjadi sebuah renungan, dan menjadi sebuah diskusi yang hangat tentang kehidupan. ^^v
*Mp3-efek rumah kaca dan buku-Soe Hok-Gie..Sekali lagi, buku, pesta, cinta dalam alam bangsanya
(baru belajar nulis :P)
0 komentar:
Posting Komentar