Ahk ini cuma cangkang sejarah

Kesakralan suatu ritual bisa dikatakan penting ketika melakukan suatu keberhasilan atau apapun itu yang telah diinginkan dalam kehidupan. Tak halnya pada suatu prosesi wisuda yang menjadi bagian terpenting ketika telah menempuh suatu siksaan yang mengatasnamakan perkuliahan. Pernah tahu ketika selama kita dipaksa untuk terus berfikir menjadi orang yang dapat mampu menghidupkan kembali suatu pemikiran yang menjadi suatu pemikiran orangorang yang telah memerdekakan Indonesia, selama itu pula kita telah didokrin untuk menjadi pribadi yang berkepentingan dirisendiri. Masa itu ada dalam suatu waktu yang bernama kuliah.

Mungkin tak ada dari kalian yang memang tidak tergerak seperti pengalaman ini, tapi sebenarbenarnya ini adalah kehidupan yang berada dalam sejarah singkat hidupku. Selalu dibodohi dengan macammacam teknik untuk menjadi buruh yang baik dalam memuja para kaum kapitalis dan bahkan imperialis. Atau dijiplak sebagaimana kita akan mempunyai kehidupan yang dengan sangat memerlukan uang untuk benar menjadi manusia, tanpa ada sedikit rasa cinta/kasihsayang terhadap lingkungan, alam, dan sesama.

Ini adalah memang riwayathidup yang telah berada dalam hidupku. Maka dari apa yang telah menjadi sejarah aku takkan sembunyikan meski itu tak baik. Cuma pemikiran pribadi yang tak ingin menjadi pembodohan yang berlangsung kuranglebih tigatahun. Pemikiran dari berbagai tulisan, diskusi, percakapan, sms-an, dan dari teman dekat maupun teman yang tak pernah saling menatap, aku tak ingin menjadi kepribadian dalam hal yang sungguh tidak menjadikan cermin kelayakan bermasyarakat. Hingga wisudapun aku tak ingin menjadi bagian ter"riweuh" dengan berbagai macam aksesoris jas, dasi, pantopel, katun, danlainnya. Aku tetaplah aku yang dengan santai menggunakan jeans, kemeja, sepatu vans,  dan tas milik teman dari adikku.

Betapa indahnya menjadi bagian yang tidak mengikuti sekeliling orang. Dan sudah saatnya kehidupan berbeda dan tanpa ada diskriminas pada perbedaan telah tercipta. Tanpa rasis, tanpa kekerasan, sebaliknya penuh cinta, kasihsayang, mari tebarkan rasa kekeluargaan. Dan itu yang terjadi dalam suasana ketika dalam masa kuliah, kekeluargaan pada teman sekelas yang sering menyebut diri mereka pleboy. Betapa indahnya semua ketika saling merangkul, berjabattangan, mengharubiru yang mungkin wisuda itu menjadi pertemuan terakhir mereka, dan tetntunya semoga tidak akan pernah terjadi. Karena aku sangat mencintai mereka yang telah selama ini menjadi bagian keluarga segala aktivitas tigatahun terakhir. Wisuda hanya prosesi pengikat kekeluargaan kita untuk selamanya, aku berharap.

Let's fight brotah and sistah, now is alive.

0 komentar:

Posting Komentar