12 Feb. 2011 || Rumahku Istanaku || Televisi


12 Feb. 11

Pagi menjelang siang, sebelum saya berangkat ke tempat latihan teater, saya coba sempatkan untuk menonton televisi terlebih dahulu. Target utama yang saya cari ketika itu adalah berita hari ini. Dan sayangnya saya tidak menemukan, mungkin kerena sudah menjelang siang. Kebanyak dari chanel yang saya cari semua berisikan tentang sinetron dan acara gosip yang mempertontonkan sebuah industri komersil. Setelah dengan susah payah karena remot tv yang rusak dan akhirnya manuality kembali, sebuah siaran talk show membicarakan tentang kehidupan penyanyi jalanan atau sering disebut pengamen. Pembicara yang hadir saat itu diantaranya, Kak Seto-Psikolog anak, Andrea Hirata-Penulis, Anto Baret-Kelompok penyanyi jalanan, dan satu lagi saya lupa namanya tetapi dia adalah seorang ahli pendidikan. Perbincangan ini menjadi sangat menarik ketika para ahli dalam bidangnya tersebut bercerita berbagai hal mengenai kehidupan jalanan. Berbicara tentang kerasnya kehidupan jalan, setiap orang yang mempunyai hak pendidikan, persaudaraan yang terjalin di jalanan, dan banyak lagi yang bisa saya tangkap saat itu yang tidak bisa di ungkapkan pada tulisan ini. Dan bahkan Andrea Hirata pun pernah menjadi seorang pekerja seni jalanan ketika dia sedang melanjutkan studinya di luar negri. Sungguh sangat menarik perbincangan ini ketika Anto Baret membicarakan soal empat tipe pengamen di Jakarta. Pertama, pengamen selingan. Pengamen ini adalah oranga yang ketika siang dia mencari kerja dan malam hari dia harus mengamen untuk menyambung hidup. Kebanyak mereka adalah orang yang merantau. Kedua, pengamen sebagai batu loncatan. Orang ini melakukan pekerjaan mengamen untuk mencari batu loncatan untuk menjadi artis. Mungkin seperti kelanting sekarang itu. Orang yang melakukan ini juga kebanyakan adalah perantau. Yang ketiga, pengamen iseng. Jenis pengamen ini kebanyakan mahasiswa atau siswa yang hanya iseng mengamen untuk menambah uang sakunya. Dan yang terakhir adalah pengamen yang memang profesinya pengamen. “Dan tidak ada pemuda Indonesia yang bercita-cita sebagai pengamen”, ini yang selalu di tekankan oleh Anto Baret. Perbincangan pun harus dihentikan ketika acara Bangkit Indonesia tersebut harus berakhir. Thx mas-mas, akang-akang, bapa-bapa perbincangan yang suguh memotivasi saya untuk lebih menghargai sebuah karya seni dalam bentuk apapun dan dari siapapun.

*Dan tidak ada pemuda Indonesia yang bercita-cita sebagai pengamen-Anto Baret

ATSP || 2011 || Kehidupan Jalan || Pemikiran

12 Feb. 11

Sore ketika malas menerpa yang hingga membuat televisi menjadi ide terakhir untuk menghilangkan jenuh. Disaat itu pula club sepak bola yang berasal dari negri sendiri bertanding dengan club dari tim thailand. Pertandingan yang di selenggarakan dalam rangka piala champion asia ini dimenangkan dengan cara adu pinalti oleh club dari Indonesia. Sangat terasa atmosfir ketegangan saat adu pinalti dipertontonkan. Club yang bertanding padahal bukan club favorit saya, tapi mungkin karena dalam rangka piala asia yang bisa mengakat nama negara. Akhirnya rasa nasionalisme saya bergejolak dengan sendirinya. Mulut ini tak kunjung henti-hentinya berkomat-kamit memberi doa kepada club tersebut. Dan mungkin komat-kamit saya manjur dengan berakhirnya pertandingan yang di menangkan cub dari Indonesia.

Setelah kemenangan yang didapat dengan susah payah oleh club tersebut. Saya coba pindahkan chanel televisi saya ke program berita sore. Berita yang pertama kali saya lihat pada saat itu adalah tentang tragedi bunuh diri dengan cara lompat dari lantai 22 apartemen yang tidak disebutkan namanya. Berita yang cukup mengenaskan yang dilakukan orang tersebut membuat saya agak miris mendengar beritanya. Karena, bunuh diri ini memang sudah direncanakan oleh orang tersebut. Yang membuat saya merasa sangat miris ketika di temukannya buku harian si korban yang menceritakan kenapa si korban ingin melakukan bunuh diri tersebut. Tercatat dalam buku harian si korban dia melakukannya karena sakit hati telah putus kasih sayang dengan mantan pacarnya (saya menggati kata cinta dengan kata kasih sayang). Sungguh sangat menyedihkan sekaligus membuat setiap orang yang mendengar menjadi merasa sangat miris. Seharusnya orang tersebut bisa berfikir lebih jernih dalam menentukan keputusan yang akan dia ambil. Dan mungkin seharusnya dia tau, cara tersebut bukan cara yang bagus untuk menyelesaikan masalah. Brotah, kita belajar berfikir dewasa brotah.

Never give up MasBrooo

ATSP || 2011 || Nasionalisme || Warta Berita

0 komentar:

Posting Komentar